Pada masa kedatangan penyebaran Islam di Indonesia terdapat aneka ragam suku bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia tinggal di daerah-daerah pedalaman, dilihat dari segi antropologi budaya, belum banyak mengalami pencampuran budaya dengan bangsa lain. Struktur sosial, ekonomi dan budaya agak statis dibanding dengan dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir.Berbeda dengan daerah pedalaman yang lebih tertutup dari budaya luar. Sehingga mereka lebih condong pada kebudayaan nenek moyang mereka dan sulit menerima kebudayaan dari luar.
Awalnya Islam masuk dari pesisir
kemudian menuju daerah pedalaman. Masuknya Islam masih sudah terdapat
kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Budha yang masih eksis, diantaranya adalah
kerajaan Majapahit dan kerajaan Sriwijaya. Dalam masa kedatangan Islam di
Indonesia terdapat Negara-negara bercorak Indonesia-Hindu seperti Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Bali. Na
mun terdapat juga kerajaan yang tidak terpengaruh corak Hindu di Indonesia seperti kerajaan Gowa, Bone dan Wajo.
mun terdapat juga kerajaan yang tidak terpengaruh corak Hindu di Indonesia seperti kerajaan Gowa, Bone dan Wajo.
Sebelum
Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak
Hindu-Buddha. Tetapi, setelah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu-Buddha mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan
yang bercorak Islam, seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan lainnya. Sistem
pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti
halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi
dimakamkan secara Islam.
Kebudayaan
Islam tidak menerapkan aturan kasta seperti kebudayaan Hindu. Pengaruh Islam
yang berkembang pesat membuat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama
Islam. Hal ini menyebabkan aturan kasta mulai pudar di masyarakat.
Hubungan antara satu kerajaan
Islam dengan kerajaan Islam lainnya pertama-tama memang terjalin karena
persamaan agama. Hubungan itu pada mulanya, mengambil bentuk kegiatan dakwah,
kemudian berlanjut setelah kerajaan-kerajaan Islam berdiri. Demikianlah
misalnya antara Giri dengan daerah-daerah Islam di Indonesia bagian timur,
terutama Maluku. Adalah dalam rangka penyebaran Islam itu pula Fadhillah Khan
dari Pasai datang ke Demak, untuk memperluas wilayah kekuasaan ke Sunda Kelapa.
Dalam bidang politik, agama pada mulanya dipergunakan untuk memperkuat diri
dalam menghadapi pihak-pihak atau kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama
yang mengancam kehidupan politik maupun ekonomi. Persekutuan antara Demak
dengan Cirebon dalam menaklukkan Banten dan Sunda Kelapa dapat diambil sebagai
contoh. Contoh lainnya adalah persekutuan kerajaan-kerajaan Islam dalam
menghadapi Portugis dan Kompeni Belanda yang berusaha memonopoli pelayaran dan
perdagangan. Meskipun demikian, kalau kepentingan politik dan ekonomi
antarkerajaan-kerajaan Islam itu sendiri terancam, persamaan agama tidak
menjamin bahwa permusuhan tidak ada. Peperangan di kalangan kerejaan-kerajaan
Islam sendiri sering terjadi. Misalnya, antara Pajang dan Demak, Ternate dan
Tidore, Gowa-Tallo dan Bone. Oleh karena kepentingan yang berbeda di antara
kerajaan-kerajaan itu pula, sering satu kerajaan Islam meminta bantuan kepada
pihak lain, terutama Kompeni Belanda, untuk mengalahkan kerajaan islam yang
lain. Hubungan antarkerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak dalam bidang
budaya dan keagamaan. Samudera Pasai dan kemudian Aceh yang dikenal dengan
Serambi Mekah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam. Dari sini
ajaran-ajaran Islam tersebar ke seluruh pelosok Nusantara melalui karya-karya
ulama dan murid-muridnya yang menuntut ilmu ke sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar